Rabu, 24 Februari 2016

se cangkir teh

waktu menunjukan pukul empat sore, matahari masih cukup menyengat. seorang anak bertelanjang kaki, baju seadanya berteriak menjual sayur dijalanan. sambil memborong sayurnya, batinku berkata "betapa enaknya menjadi anak orang kaya yang serba ada, makan enak, berpakaian indah, kemana saja sesuka hati. andaikan hati orang - orang kaya tergerak dan dapat membantu anak ini, betapa bahagianya".
kritik atas ketimpangan sosial yang dihadapi Yesus di zamanNya dilukiskan dengan sangat jelas dalam kisah Lazarus yang memandang penuh harap itu terbaca jelas mentalitas manusia yang cenderung tidak memperhatikan derita sesamanya. maka pada ujung refleksi ini kita ditantang untuk membangun aksi yang menyalurkan keluhuran hati Tuhan. sebab melalui manusia yang memperhatikan derita sesama, terlukis cinta Tuhan terhadap umatNya.
lantas siapakah sesama itu yang harus diperhatikan? hanya kesadaran dan keterbukaan hati dan iman kitalah yang dapat mengungkapkannya. sebab Lazarus selalu hadir disekitar kita, namun sikap si kaya lebih mendominasi hidup kita. masa puasa ini, kesempatan untuk kita kembali bertobat dan memperhatikan sesama yang berkekurangan.

"se cangkir teh ditangan si miskin, lebih lezat daripada tumpukan makanan di gudang si kaya yang kikir"

Kamis, 18 Februari 2016

DOA ADALAH NAFAS KEHIDUPAN, KORBAN ADALAH JALAN TERMUDAH MERAIH BAHAGIA

Doa adalah nafas kehidupan itulah ungkapan yang sering kita dengar dalam kehidupan bersama. kerenanya Yesus dengan tegas menjelaskan maksud doa agar setiap orang dapat berdoa dengan baik dan benar. Dalam Injil Mat 7:7-12 ada tiga kata kunci yang digunakan Yesus dalam berdoa : "mintalah, carilah, ketuklah". Kata - kata itu berkisah kepada kita bahwa doa membutuhkan usah dan keaktifan manusia untuk datang kepada Tuhan. 
 
Dari pihak Tuhan, Ia telah membuka hatiNya bagi manusia dan siap mengalirkan rahmatNya bagai sungai kehidupan untuk keselamatan kita. karenanya kita tidak bisa hanya menunggu dan terus menunggu. Kita mesti datang kesumbernya dan menimba air kehidupan yang menguatkan dan menyegarkan kita. Sumber air kehidupan itu tak pernah kering, dari manusia dituntut usaha dan kerja keras untuk dengan segala cara datang kepadaNya, sebab tak ada yang otomatis dan siap saji dalam relasi dengan Tuhan. Tuhan tidak mau bertepuk sebelah tangan, Ia menghendaki tanggapan dan kerja sama  dari manusia. Demikian rahmatNya bertemu dengan usaha manusia dan akan berubah dalam kehidupan.
 
Apakah kita sudah mensyukuri setiap aliran rahmat Tuhan dalam hidup ini? Cukup berjuangkah kita dalam kerja sama dengan rahmatNya menjalani hidup ini? Sudah cukup berserah dan berpasrahkah kita kepada kehendakNya yang kudus? Jawabanmu yang ikhlas berkisah kepada dunia tentang kedalaman iman dan pasrah, kerja keras dan usahamu dalam menghidupi hidup ini bersama Tuhan.

"JIWA BESAR DAN HATI LAPANG MENUAI KEBAHAGIAAN, MESKI TERHIMPIT DERITA"